Kekurangan
yang seseorang miliki mungkin merupakan salah satu kelemahan yang
mempengaruhi jalan hidupnya. Namun beda dengan Anik Indrawati yang
berprestasi meskipun matanya tidak dapat melihat lagi.
Keinginan dari Anik Indrawati, 34 warga Jl Simo Pomahan Baru XII No 15,
Surabaya, Jawa Timur ini untuk terus berkarya dalam upaya membantu
sesama penderita tuna netra agar bisa membaca atau paling tidak mengenal
huruf Arab, perlu mendapat dukungan.
Berawal dari kebiasaannya membaca ayat-ayat suci Al-Qu'ran, membawa
dirinya untuk menciptakan Al-Qur'an dengan menggunakan huruf Braille
atau alat baca bagi penyandang tuna netra. "Ini saya mulai sekitar tiga
tahun lalu. Tepatnya, saat saya belajar dengan ustadz bernama Adi
Subroto (almarhum) yang tinggal di Jl Darmo Kali Gang Tugu nomor 21,
Surabaya," kata Anik saat ditemui VIVAnews di rumahnya, Senin 23 Agustus
2010. Ditemani suaminya, Suharto, 40 tahun, Anik menceritakan,
keinginan itu dilakoni setelah ia dan suaminya bisa membeli mesin ketik
berlogo 'Parking Braille' buatan David Abraham. Sejak itu hari-harinya
diisi dengan memainkan tut mesin ketik untuk mencetak lafal Arab dalam
huruf Braille. "Harapan saya, penderita tuna netra seperti saya juga
bisa membaca atau mengaji," ujarnya polos. Tak menyangka, kelincahan
jari-jemarinya kemudian membuahkan hasil. Sebuah percetakan bernaung
dibawah Yayasan Pendidikan Tuna Netra Islam Karunia (Yaptunik), Surabaya
memberikan rekomendasi, mencetak karyanya menjadi Al-Qur'an untuk
diedarkan ke penyandang cacat. "Alhamdulillah, saya mendapat ongkos Rp
20 ribu per halaman. Bahan kertasnya dikirim atau disediakan oleh
yayasan itu," katanya. Suharto, suami yang juga penyandang tunanetra
terus memberi semangat kepada sang isteri. Lelaki kelahiran Tuban, Jawa
Timur itu bertindak sebagai korektor dari hasil ketikan isterinya. Di
sela kesibukannya sebagai tukang pijat di rumahnya, ia selalu
menyisihkan waktu mengoreksi hasil pekerjaan istrinya. "Suami saya yang
mengoreksi, membetulkan tadjwid atau apa saja yang kurang tepat," lanjut
Anik. Mendapat bagian mengoreksi, Suharto mengaku tidak kesulitan. Ia
yang pernah mondok atau belajar mengaji juga tidak segan bertanya pada
senior atau gurunya jika ada ganjalan saat mengoreksi. Wanita asal
Surabaya itu mengaku sehari bisa menyelesaikan 1 halaman ketikan bahasa
Arab yang disajikan dengan huruf Braille. Seminggu sekali hasil jerih
payahnya kemudian disetor ke yayasan yang menjadi langganannya. Meski
dikerjakan dengan teliti, wanita itu mengatakan juga tidak luput dari
salah ketik. Kalau sudah begitu, bersama suaminya ia membetulkan
tindasan paku tumpul yang membuat kertas jenis manila itu tercetak
timbul untuk dibenahi. "Bulatan yang timbul oleh tindasan paku harus
kita hapus. Caranya, ditimpa lagi dengan alat hapus yang disebut pen
hapus. Bulatan timbul itu kita tindas supaya rata, terus kita betulkan
dengan titik-titik yang benar," terangnya. Ia memberi contoh, untuk
huruf yang terbaca Alif, ditindas dengan satu bulatan. Untuk Ba'
tercipta dari tindasan satu bulatan dan dua bulatan. "Begitu seterusnya,
masing-masing huruf Arab ada kode tersendiri jika diubah ke huruf
Braille," katanya sambil memberi contoh membaca huruf Arab Braille itu
dengan tangannya meraba kertas timbul tersebut. Dengan ciptaannya,
Al-Qur'an berhuruf Braille diharapkan mereka yang memiliki kelainan
melihat tidak putus asa mempelajari kitab suci umat Islam ini.
Selebihnya, ia juga mengaku bersyukur Allah memberikan kelebihan dibalik
keterbatasannya tidak bisa melihat layaknya orang yang normal.
Pasangan suami isteri yang keduanya menderita kebutaan sejak kecil
mengaku pantang untuk mengeluh. "Untuk apa harus mengeluh. Allah Maha
Besar, dengan seperti ini saya jadi mengetahui kebesaran-Nya," urai Anik
yang mengaku terenyuh rumahnya mulai dikenal wartawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar